Kamis, 22 Desember 2011

Dokumentasi Pelatihan EWARS 2011

Saudara saudaraku ... silakan menikmati. Inilah dokumentasi pelatihan EWARS 2011 Kabupaten Boyolali yang kita laksanakan tanggal 15 Desember 2011.






Silahkan mengisi daftar hadir dulu ya ... Selamat datang semua ...
Terimakasih atas kehadiran panjenengan semua

Laporan Ketua Panitia. Bp. Imam Suhardi. B.Sc

Sambutan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Bp. dr. SYAMSUDIN, M.Kes

Doa Pembuka Pelatihan ... oleh Bp. H. Ngatimin, S.Kep dari Puskesmas Wonosegoro I

Selamat mengikuti Pelatihan sampai selesai ... dan selamat bekerja ...
(sambut pak Kepala Dinas)



Coffee break dulu ... monggo monggo dinikmati ... eh tea break juga ada .. tinggal pilih aja ya ...


Kalau ini Sdri, Nova Oktavia. penyampai materi tambahan tentang ANTRAKS ... Beliau sedang menempuh S2 di FETP UGM ...

Waduh ... Printernya kok ngadat ... Baru hlo ini, Dapet juga dari program EWARS ... padahal buat persiapan simulasi nanti kie ..


Pak Imam Suhardi Kasi Pencegahan dan Surveilans, selaku Trainer ... Menyampaikan presentasi SKD dan RESPOND ...


Dicatat ah .. ya. semoga menjadi sesuatu banget gitu ... siapa tahu menjadi sesuatu ...


Dengan diberlakukannya EWARS .. Form W-2 juga telah dimodifikasi sesuai Pelaporan EWARS, Jadi Puskesmas tidak dibebani lagi dengan double pelaporan yang sebenarnya mirip

Silahkan saja kalau mau buka buku ya .. ini sifatnya open book .. he he






Keseriusan peserta dalam simulasi pelaporan EWARS ... Semangat ...


Sambil jalan .. proses Administrasi jalan terus ...




Dalam pelaksanaannya kami juga dibantu pleh para mahasiswa FETP UGM yang sedang magang di tempat kami ...

Selasa, 20 Desember 2011

KESEPAKATAN PELATIHAN EWARS 15 DESEMBER 2011

Kepada :
Yth. Kepala Puskesmas
Se. Kabupaten
di Tempat


Menanggapi perkembangan permasalahan kesehatan yang terjadi belakangan ini, diperlukan sensitifitas system surveilans yang mampu menangkap setiap sinyal adanya kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Saat ini jajaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menerapkan Early Warning Alert and Respond System (EWARS) yang berbasis data dari Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.

Selaras dengan hal tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali telah mengadakan pelatihan Early Warning Alert and Respond System (EWARS) bagi petugas surveilans Puskesmas pada tanggal 15 Desember 2011. Dalam pelatihan tersebut, disepakti bahwa :

1. Petugas surveilans Puskesmas mensosialisasikan Sistem Pelaporan Mingguan W-2 / EWARS kepada Petugas Pustu dan Bidan di Desa

2. Petugas Kesehatan di Pustu dan Bidan di Desa setiap hari Sabtu mengisi Format mingguan EWARS berdasarkan buku register harian dan mengirimkan kepada petugas surveilans Puskesmas melalui SMS sesuai kode standart pelaporan EWARS

3. Petugas Surveilans Puskesmas menerima laporan SMS dari pustu dan Bidan Desa dan membuat transkrip setiap SMS kedalam Format mingguan (W-2 baru).

4. Petugas Surveilans Puskesmas mengirim hasil rekapitulasi kepada petugas surveilans Kabupaten pada hari senin paling lambat jam 14.00 WIB melalui line sms nomor :

a. Imam Suhardi, B.Sc : 08562534079

b. Teguh Tri Kuncoro : 085725642694

c. Endi Aris, SKM : 085674047933

5. Data yang dilaporkan dicatat dalam form W-2 baru rangkap dua, satu untuk arsip Puskesmas dan satu lagi untuk dikirim ke Dinas Kesehatan cq Seksi Pencegahan dan Surveilans setiap akhir bulan (data tiap minggu dan tidak diakumulasi) .

6. Petugas yang telah dilatih EWARS pada tanggal 15 Desember 2011 akan melaksanakan kegiatan surveilans di Puskesmas.

7. Dengan dibelakukannya form w-2 baru, maka mulai minggu pertama tahun 2012 Form W-2 lama tidak berkalu lagi. (Form W-2 dapat di download disini)

Demikian hal ini disampaikan untuk dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan dan atas perhatinannya disampaikan terimakasih.

Sabtu, 03 Desember 2011

PERTEMUAN EVALUASI DAN KOORDINAS SURVEILANS KABUPATEN BOYOLALI



























5. Pertemuan dilanjtkan dengan prakata / sambutan daru kasi Pencegahan dan Surveilans, Bp. Imam Suhardi, B.Sc

















6. Bp. Edy Siswanto, SKM memberikan Materi tentang Tatalaksana HIV/AIDs dilapangan ...






7. Sesi Tanya jawab ...






















































Selanjutnya ngaturnya susah banget yach ....
Intinya pada saat itu juga disampaikan bingkisan sebagai tanda terimakasih bagi Puskesmas berprestasi menurut kacamata Surveilans ... Tiga Puskesmas dengan Ketepatan laporan minghuan 100% dan Dua Puskesmas yang menemukan kasus AFP.
Tiga Puskesmas dengan laporan W-2 100 % adalah : Puskesmas Juwangi, Puskesmas Wonosegoro 2 dan Puskesmas Cepogo.
Puskesmas yang menemukan kasus AFP adalah Puskesmas Wonosegoro I dan Puskesmas Selo.

selamat ....

PERTEMUAN EVALUASI DAN KOORDINAS SURVEILANS KABUPATEN BOYOLALI






1. Peserta mengisi daftar hadir yang panjaaaang ...












2. Sudah kumpul semuaaaa ? ... siap dimulai









3. Baiklah Bp/Ibu. Pejuang Surveilans Kita mulai pertemuan ini ...












4. Pertemuan dibuka oleh Kabid P3PL. Bp dr. Achmad Muzayin

Kamis, 15 September 2011

WASPADA PENINGKATAN KASUS VARICELLA

Kepada :

Yth. Kepala UPT Puskesmas

di, Tempat


Berdasarkan hasil pengolahan data laporan dari pelayanan kesehatan, ada indikasi terjadinya peningkatan kasus / tersangka kasus penyakit Varicella. Peningkatan tersebut terjadi di beberapa desa mulai minggu ke 30 (akhir bulan Juli 2011). Untuk menekan kejadian agar tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), dimohon agar saudara mengadakan langkah – langkah pencegahan sebagai berikut :

1. Melakukan penyelidikan apabila ditemukan penderita varicella, dengan menggunakan form penyelidikan (format terlampir), untuk mencari kemungkinan adanya penderita baru sekaligus mengadakan pengobatan bila ditemukan penderita.

2. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan terutama yang berhubungan dengan hygiene perorangan dan perbaikan gizi.

3. Mencegah kontak dengan penderita / Isolasi penderita selama minimal 7 hari.

4. Mengintensifkan pengamatan dan pemantauan sampai dengan 4 minggu (dua kali masa inkubasi) dari kasus terakhir di wilayah yang ditemukan penderita.

Apabila dari hasil penyelidikan menunjukkan adanya KLB, diharap segera mengikirimkan laporan W-1 ke Dinas Kesehatan dengan dilampiri hasil penyelidikan.

Demikian untuk menjadikan maklum, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Senin, 23 Mei 2011

Menguak Kelumpuhan di Boyolali

Setelah menerima informasi bahwa telah ditemukan penyakit lumpuh yang diderita masyarakat Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel yang menyebutkan bahwa di desa Tersebut terdapat penderita lumpuh, maka pada tanggal 29 dan 30 Maret 2011 tim investigasi Dinas Kesehatan bersama Tim Puskesmas Ampel I melakukan Penyelidikan Epidemiologi. Untuk meluruskan pemberitaan yang beredar, kami dalam edisi ini sampaikan hasil Penyelidikan Epidemiologi oleh Surveilans Epidemiologi Kabupaten Boyolali. Untuk Format presentasi PDF dapat didownload disini. Sedangkan file lengkap versi PDF dapat didownload disini juga ..

Dari hasil wawancara dengan penderita dan keluarga penderita didapatkan bahwa, penyakit ini sudah diderita sejak beberapa keturunan sebelum generasi ini atau generasi pertama sekitar tahun 1950. Adapun jumlah yang sudah meninggal sejak tahun tersebut sebanyak 20 orang 10 diantaranya perempuan dan 10 laki laki. Penderita yang meningal terakhir adalah Bp. Mbl yang meninggal bulan Februari 2011 dan merupakan ayah dari GA, yang sekarang juga menderita lumpuh dan tinggal di Ciamis, Jawa Barat.

Dalam Penyelidikan Epidemiologi, berhasil diwawancara sebanyak lima penderita diantaranya adalah :

1. AF (P, 19 tahun)

AF merupakan anak terkecil dari lima bersaudara yang ketiga saudaranya juga menderita kelumpuhan. Kelumpuhan AF dimulai sejak usianya 18 tahun, pergelangan kaki kanannya ‘keseleo’ beberapa hari selanjutnya merasakan tulang tulang kakinya terasa dingin dan betis terasa kram. Bila berjalan sempoyongan (seperti hilang keseimbangan). Persendian terasa kaku namun tidak merasakan sakit. Pada malam hari (setelah maghrib) badan terasa lebih lemes dan persendian terasa lebih kaku. Saat ini AF masih bisa berdiri tanpa bantuan namun tidak bisa bertahan lama.

2. AM (P, 22 tahun)

AM merupakan kakak dari AF, AM mulai merasakan gejala sakit di usia 14 tahun. Gejala awal yang dirasakan adalah hilang keseimbangan sehingga jalan sempoyongan, suara menjadi cedal. Seiring perjalanan waktu semakin parah dan di usia 20 tahun sudah tidak dapat berjalan lagi. Keadan saat ini AM hanya bisa berbaring di tempat tidur dan suarapun sudah hilang (seperti layaknya orang bisu).

3. YS (L, 26 tahun)

YS adalah kakak dari AM, YS mulai merasakan sakit pada usia 15 tahun. Keadaan ini dipicu saat YS jatuh dari atas pohon, patah tulang dan menjalani operasi. Setelah operasi sudah tidak dapat berjalan lagi, bahkan setelah pen (Platina) diambil. Yang disarakan adalah kaki terasa dingin hingga ke tulang. Keadaan saat ini YS hanya bisa berbaring di tempat tidur, sudah tidak dapat berjalan, bahkan berdiripun sudah tidak bisa. Meski pelan masih dapat berbicara namun tidak begitu jelas.

4. NN (L, 37 tahun)

NN adalah kakak pertama dari tiga penderita diatas. NN mulai merasakan gejala pada usia 36 tahun. Keadaan sekarang masih dapat berjalan meski sempoyongan (hilang keseimbangan). Saat ini NN masih bisa mengendarai sepeda motor, bahkan beliau merasakan lebih nyaman jika naik sepeda motor daripada jalan kaki. Kadaan fisik NN masih terlihat seperti normal. Suaranya pun masih terdengan jelas dan dapat bercerita secara normal.

5. DH (P, 45 tahun)

DH merupakan keluarga lain dari keempat penderita diatas, namun masih ada hubungan family. DH merupakan anak dari Bp. S yang juga menderita penyakit serupa hingga meninggal. DH mulai merasakan sakit pada usia 37 tahun, diawali dengan hilangnya keseimbangan sehingga jalan sempoyongan. Menurut cerita suaminya, jika ditanya terasa bumi / tanah yang diinjak berputar putar. Di usia 42 tahun DH sudah tidak bisa berjalan lagi, suaranyapun perlahan menghilang. Hingga saat ini nafsu makan masih baik dan daya ingat pun masih baik.

Saat masih sehat, DH selalu aktif berolahraga senam dan bola voley.

Pernah menjalani perawatan di RS Panti Waluyo Surakarta dan manjalani CT-Scan. Namun bacaan hasilnya meragukan karena sudah ada coretan di tanggal pemeriksaan dan nama pasien. (Hasil : Menyokong gambaran covum septi pellucid & kecurigaan hypogenes corpus collosum.)

(Ibu DH meninggal dunia di Rumahnya tanggal 22 April 2011, setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali)

Keadaan pada saat ini penderita yang masih hidup sebanyak 18 (delapan belas) orang 13 (tiga belas) diantaranya tinggal di Ds. Sidomulyo, 1 (satu) orang di Ds. Urutsewu, 1 (satu) orang di Ds. Tanduk, Ampel Boyolali dan 3 (tiga) orang di luar Kabupaten Boyolali.

Kesimpulan :

1. Penyakit tersebut diduga penyakit genetik.

2. Hasil pemeriksaan dokter spesialis saraf ( dr. Amaludin M , Sp.S ) tanggal 30 Maret 2011 di rumah penderita didapatkan

a. Diagnose klinis Tetraparesis spastic.

b. Diagnose sementara Friedreich’s ataxia

Keterangan :

      • gangguan yang progresif secara bertahap pada sistem saraf dan otot.
      • Penyakit keturunan bersifat autosomal resessive disease dengan kelainan pada gen x 25

Langkah langkah yang telah dilakukan :

1. Pemahaman kepada masyarakat bahwa untuk memutus penyakit ini dengan menghindari perkawinan sedarah.

2. Perawatan penderita di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, dengan biaya bersumber dari dana Jamkesda Kabupaten Boyolali.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam rangka Pemeriksaan Laboratorium lebih lanjut.

4. Pemberitan bantuan berupa kursi roda dan tetrapoid sebagai alat mobilisasi penderita dari Pemerintah Kabupaten Boyolali.

5. Perawatan Rawat jalan Fisiotherapy di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali, dengan bantu transportasi oleh pemerintah Kecamatan Ampel dan Puskesmas Ampel I.