Jumat, 27 Agustus 2010

WASPADA ANCAMAN BAKTERI BARU …. NDM - 1

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa pandemi flu babi sudah berakhir. Namun sayang, ada ancaman baru yaitu Infeksi Bakteri NDM-1.

Lancet Infectious Diseases melaporkan bahwa sedikitnya terdapat 50 kasus orang yang terinfeksi oleh bakteri ini. Sejauh ini telah diidentifikasi lebih berisiko dibandingkan dengan bakteri MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus).

Para peneliti mengingatkan bahwa potensi bakteri NDM-1 menjadi endemik di seluruh dunia adalah "jelas dan menakutkan" sehingga perlu mengembangkan obat baru untuk memerangi ancamannya.

APAKAH NDM-1 ?

NDM-1 adalah enzim yang diproduksi oleh bakteri tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menetralkan efek berbahaya dari carbapenems, salah satu jenis antibiotik yang paling kuat yang tersedia bagi dokter.

DARI MANA DATANGNYA BAKTERI INI ?

Bisa terlihat dari namanya, New Delhi Metallo-ß-laktamase-1 telah diidentifikasi pada pasien Inggris yang baru saja bepergian ke India atau Pakistan untuk melakukan perawatan medis (kenbanyakan operasi kecantikan). Ketika orang-orang ini kemudian dirawat di rumah sakit di Inggris atau Amerika Serikat, Bacteri NDM-1 ditularkan kepada pasien lain.

APAKAH BAKTERI SUPER ITU ?

Antibiotik adalah senjata kita yang paling efektif terhadap penyakit bakteri seperti tuberkulosis, kolera dan Black Death. Namun, bakteri telah kebal terhadap antibiotik karena mereka pertama kali digunakan secara komersial pada tahun 1930-an. Bakteri ini seperti halnya Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) menggunakan protein yang disebut enzim untuk menetralkan antibiotik.
Para ilmuwan selalu berusaha untuk mengembangkan antibiotik kelas baru untuk memenuhi ancaman super ini. NDM-1, yang membuat bakteri resisten terhadap salah satu kelas antibiotik kita yang paling kuat, carbapenems, tentu sangat mengkhawatirkan, karena saat ini tidak ada jenis antibiotik yang efektif terhadap itu.

APAKAH ANCAMANNYA ?

Enzim seperti NDM-1 Diproduksi oleh untaian DNA bakteri yang berfungsi untuk mentransfer satu sama lain. Saat ini diketahui ada dua bakteri telah menjadi host / tuan rumah enzim NDM-1 yaitu : Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia, yang keduanya ditemukan dalam usus manusia dan biasanya tidak berbahaya. Namun, kedua bakteri ini bisa menyebabkan infeksi saluran kemih dan keracunan darah, sedangkan yang Klebsiella pneumonia, sebagaimana namanya, dapat menyebabkan pneumonia.

Hal yang dikhawatir adalah jika gen untuk memproduksi NDM-1 akan ditransfer ke jenis bakteri yang resisten terhadap semua antibiotik lainnya dan itu mudah menular antara pasien. Perkembangan tersebut akan merupakan sebuah mimpi buruk.

PENCEGAHAN PENYEBARANNYA ?

Pasien yang terinfeksi bakteri NDM-1 dapat diobati dengan antibiotik koktail, hal ini berdasarkan pemikiran bahwa tidak mungkin bakteri bisa resistan terhadap semua dari antibiotik.
Namun, para peneliti telah menemukan setidaknya ada satu bakteri NDM-1 yang resisten terhadap semua antibiotik yang dikenal.

Kunci untuk menghentikan penyebaran jika mengidentifikasi kasus baru adalah selalu menjaga kebersihan di rumah sakit, desinfeksi instrumen medis dan memastikan dokter dan perawat mencuci tangan mereka dengan sabun antibakteri.

INI ADALAH MASALAH GLOBAL NDM-1?

Bakteri yang tersebar luas di seluruh anak benua India dan juga telah dilaporkan di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Belanda dan Australia.

Jumat, 13 Agustus 2010

Tentang Antraks

Penyakit antraks bersifat zoonotik sehingga dapat menyerang hewan, baik hewan buas maupun hewan pemamah biak dan dapat menular ke manusia. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) yang tinggi. Penyakit antraks disebabkan oleh baksil yaitu bacillus anthracis.

bacillus anthracis merupakan kuman berbentuk batang yang ujung ujungnya persegi dengan sudut tersusun berderet bila dilihat dengan mikroskop tampak seperti ruas bambu. Untuk mempertahankan dirinya kuman ini dapt membentuk spora yang bersifat gram positif. Spora inilah yang biasanya menjadi sumber penularan kepada manusia. Jika sudah berbentuk spora, kuman antraks dapat bertahan hidup selama sekitar 25 tahun dalam kondisi yang mendukung.

Masa inkubasi atau waktu yang diperlukan kuman dari saat masuk ke tubuh manusia hingga menimbulkan tanda tanda klinis dari penyakit antraks berkisar antara 1 sampai 7 hari.

Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora seperti Lembu, Kambing, Kuda, Babi dll. Manusia terinfeksi antraks melalui kontak dengan hewan, tanah, produk hewan yang tercemar spora antraks.

Secara Klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu :
  • Antraks kulit
Antraks kulit merupakan kasus terbanyak dari keseluruhan kasus antraks, ada yang menyebutkan mencapai 90 persen. Masa inkubasi antara 1 s/d 5 hari, ditandai dengan adanya papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa rasa sakit, dalam 2 - 3 hari akan membesar menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan kemudian akan menjadi jaringan neukrotik berbentuk ulsera yang ditutupi kerak berwarna hitam dan kering (Biasa disebut Eschar). selain itu ditandai juga dengan demam, sakit kepala serta dapat terjadi pembengkakan lunak pada kelenjar limfe. Angka kematian (CFR) dapat mencapai 20 persen tanpa pengobatan.
  • Antraks Saluran Pencernaan
Antraks jenis ini dapat terjadi bila mengkonsumsi makanan yang tercemar kuman atau spora sntraks dan tidak dimasak dengan sempurna. Angka kemtian jenis ini mencapai 75 persen.
Gejala antrak pencernaan : Sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah. Pada pemeriksaan fisik, didapati pembersaran kelenjar limfe daerah inguinal.

  • Antraks Paru-paru
Masa inkubasi antraks jenis ini berkisar antara 1 - 5 hari. Gejala klinis antraks paru seperti tanda tanda bronchitis, dalam waktu 2 - 4 hari gejala semakin berkembang seperti gangguan pernafasan berat, demam, cyanosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.
Kematian biasanya terjadi 2 - 3 hari setelah gejala klinis timbul.
  • Antraks Meningitis
Terjadi karena komplikasi jenis antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi primer yang berkembang menjadi meningitis haemoragik dan kematian dapat terjadi antara 1 - 6 hari. Gambaran klinis mirip dengan mengingitis purulenta yaitu : demam, nyeri kepala hebat, kejang kejang, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.

Secara epidemiologis antraks ini tersebar di dunia.

Sabtu, 07 Agustus 2010

ANALISA DATA MINGGUAN PENYAKIT MENULAR KABUPATEN BOYOLALI S/D MINGGU KE 30 TAHUN 2010

Dari hasil rekapitulasi laporan mingguan (W-2) yang diterima di seksi pencegahan dan surveilans sampai tanggal 04 Agustus 2010, kasus penyakit terbanyak yang dilaporkan adalah kasus ISPA sebanyak 64.224 kasus disusul Diare 9.924 kasus dan kasus terendah adalah penyakit Hepatitis yang masing masing 4 kasus. Selanjutnya jumlah kasus per penyakit dapat dilihat pada gambar.1 berikut.

Gambar 1

1. ISPA

Jumlah penderita ISPA sebanyak 64.224 kasus terjadi dari minggu pertama sampai minggu ke tigapuluh. Puncak kasus terjadi pada minggu tigabelas dengan 2.810 kasus. Kasus terendah terjadi pada minggu keduapuluh tiga dengan 1.647 kasus, namun pada minggu ke duapuluh empat terjadi peningkatan lagi. Fluktuasi kasus selangkapnya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2

JUMLAH KASUS ISPA PERMINGGU S/D MINGGU KE 30

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010


Dari jumlah kasus ISPA tersebut, tersebar di 29 Puskesmas. Puskesmas yang menyumbang kasus tertinggi adalah Puskesmas Mojosongo dengan 8.373 kasus disusul Puskesmas Teras. Masih ada tiga Puskesmas yang tidak melaporkan adanya kasus ISPA yaitu : Puskesmas Banyudono 2, Simo dan Puskesmas Karanggede. Selangkapnya seperti terlihat pada gambar 3.

Gambar 3

2. Diare

Kejadian penyakit diare di Kabupaten Boyolali menempati urutan kedua setelah ISPA. Jumlah total kasus hingga minggu tigapuluh sebanyak 9.924 kasus. Puncak kasus terjadi pada minggu ketiga dengan 448 kasus dan terus menurun pada minggu berkutnya hingga minggu ke 30. Gambar 4, menunjukkan fluktuasi kasus dari minggu pertama sampai minggu ketigapuluh.

Gambar 4

JUMLAH KASUS DIARE PERMINGGU S/D MINGGU KE 30

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010

Kasus diare sebanyak 9.924 kasus tersebar merata di 29 Puskesmas. Kasus tertinggi di Puskesmas Mojosongo (771 kasus) disusul Puskesmas Teras (683 kasus), sedangkan kasus terendah terjadi di Puskesmas Kemusu I dengan 101 kasus. Sedangkan Puskesmas yang paling sedikit mengirimkan laporan mingguan adalah Puskesmas Teras dan Puskesmas Simo, yang baru mengirimkan duapuluh laporan. Selangkapnya seperti pada gambar 5.

Gambar 5

Jika dibandingkan dengan jumlah kasus maksimal dan jumlah kasus minimal setiap minggu selama lima tahun kebelakang (tahun 2005 s/d 2009), maka jumlah kasus perminggu hingga minggu keduapuluhdua masih berada dibawah angka maksimal, meskipun tetap barada diatas angka minimal, namun mulai mingu ke duapuluh tiga semakin menurun dibawah angka minimal. Gambar 6 menunjukkan perbandingan jumlah kasus tahun 2010 dengan maksimal dan minimal kasus selama lima tahun.

Gambar 6

3. Campak

Total kasus penyakit campak klinis hingga minggu kesembilan tercatat sebanyak 44 kasus dengan kasus tertinggi sebanyak 7 kasus pada minggu keempat. Gambar 7 menunjukkan fluktuasi ksus campak dari minggu pertama hingga minggu ketigapuluh.

Gambar 7

JUMLAH KASUS CAMPAK PERMINGGU S/D MINGGU KE 30

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010

Dari jumlah campak klinis sebanyak 44 kasus, hanya terjadi pada duabelas Puskesmas di Wilayah Kabupaten Boyolali. Kasus tertingi pada Puskesmas Boyolali 1 dengan12 kasus, sedangkan Puskesmas Selo, Ampel 1, Boyolali 2, Karanggede dan Wonosegoro 1 masing 1 kasus. Seperti terlihat pada gambar 8.

Gambar 8

4. Chikungunya

Pada tahun ini, banyak merebak kasus demam chikungunya di Kabupaten Boyolali, bahkan hampir setiap minggu dilaporkan adanya kasus baru chikungunya. Dari minggu pertama terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncak pada minggu ke enambelas, baru setelah itu kembali mengalami penurunan hingga minggu ketigapuluh. Selengkapnya terlihat pada gambar 9 berikut.

Gambar 9

JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA PERMINGGU S/D MINGGU KE 30

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010

Total kasus demam chikungunya hingga minggu ketigapuluh mencapai 1.166 kasus dan tersebar di beberapa wilayah Puskesmas. Jumlah kasus tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Ampel 1 dengan 763 kasus. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

Gambar 10

Rabu, 04 Agustus 2010

Tentang HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyebabkan rusak atau melemahnya sistem kekebalan tubuh penderita. Karena virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh penderita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan tubuh penderita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan tubuh akan habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Virus ini ditularkan melalui beberapa cara, diantaranya :
  • Hubungan sex/persetubuhan dengan penderita
  • Penggunaan jarum suntik bergantian dengan penderita
  • Dimungkinkan saat ciuman bibir dengan penderita, jika terdapat perlukaan di rongga mulut.
  • Menerima tranfusi darah / organ dari penderita (Kemungkinannya sangat kecil)
Beberapa hal yang sering dikhawatirkan tentang penularan (namun hal ini belum terbukti dapat menularkan) :
  • Bergantian alat makan dengan penderita
  • Tidur berdampingan dengan penderita
  • Gigitan nyamuk
  • hidup bersama dengan penderita

Tanda tanda / Gejala dari seseorang yang terinfeksi HIV bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:

  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
  • Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala MInor:
  • Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  • Dermatitis generalisata
  • Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
  • Kandidias orofaringeal
  • Herpes simpleks kronis progresif
  • Limfadenopati generalisata
  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
  • Retinitis virus sitomegalo


Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang ti
dak berkaitan dengan infeksi HIV.


Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

Tahap 1: Periode Jendela

  • HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
  • Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
  • Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:

  • HIV berkembang biak dalam tubuh
  • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
  • Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)


Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

  • Sistem kekebalan tubuh semakin turun
  • Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
  • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya

Tahap 4: AIDS
  • Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
  • Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah